Beberapa waktu ini tergelitik dengan banyak cerita kaum wanita disekelilingku yang membuatku kagum karena semangat hidup dan daya juangnya yang luar biasa. Tatkala para pria disekelilingnya tidak mampu berperan bagaimana yang seharusnya. Ironis memang saat mendapati banyak pria sudah tidak paham tugas dan tanggung jawabnya terlebih ketika semua beban yang harusnya mereka pikul tak lagi sanggup untuk mereka lakukan karena begitu banyak alasan yang kurang masuk akal, mengapa saya bilang seperti itu? karena kenyataannya para pria tersebut tidak sedang dalam kelemahan tubuh, badan sehat dan fisik cukup kuat untuk bisa berjuang bagi wanitanya dan anak-anak. Namun kenyataannya mereka lebih memilih untuk menjadi " parasit " yang mengutamakan rasa malas ataupun gengsi sehingga membiarkan wanitanya memikul beban yang seharusnya mereka pikul. Dan sayangnya hal ini seperti sejenis " virus " yang mulai menjangkiti kaum lelaki. Terbukti banyak " korban " yang mulai merambah kemana-mana, dengan indikasi serupa.
Sungguh wanita hebat!
Wanita dilahirkan dengan kondisi fisik yang tentu saja lebih rapuh daripada kaum lelaki.Yang seharusnya lahir dengan kelembutan namun disuatu saat ketika keadaan tidak sesuai dengan yang diharapkan dan kondisi " kepepet "situasi ini bisa berubah dengan drastis. Seorang wanita bisa ditempa menjadi begitu mandiri dan penuh kekuatan. Bahkan jika itu untuk berjuang bagi orang yang disayangi, semangat dan daya juang kaum wanita menjadi begitu sangat menakjubkan.
Tetapi apakah memang seharusnya seperti itu? Tidak bukan...
ada porsi yang seharusnya tidak mereka pikul, harus mereka lakukan. Peran ganda yang harus mereka perjuangkan agar hidup ini terus bisa berjalan. Wanita dengan begitu banyak tugas "multitasking " dituntut bisa berperan dalam berbagai bidang.
Wanita yang harus mengurus rumah tangga dengan segudang agenda harian mereka ( memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, mengurus anak, melayani suami , mendampingi belajar anak ,belum lagi harus mencari nafkah bagi keluarga serta segudang tugas lain) yang terkadang tak selalu ada bantuan dari kaum lelaki untuk menyelesaikan. Jika ada keluarga yang memiliki ekonomi yang cukup masih bisa terbantu oleh pembantu rumah tangga. Tetapi untuk keluarga lain yang masih harus berfikir mempekerjakan pembantu adalah tambahan beban yang berat, tentu saja semua tanggung jawab ini harus dipikul oleh para wanita.
Jika semua pria saat mendekati wanita dan memutuskan mau mengambil peranan baru menjadi seorang suami seharusnya tahu tugas yang harus mereka pikul dan tanggung jawab yang harus mereka lakukan sebagai kepala rumah tangga dan suami. Tentu saja para wanita aka istri tidak lagi hidup begitu berat karena tugas ganda.
Aku teringat tatkala ibu masih hidup, dia selalu mengingatkanku dan kakak( kami 3 bersaudara perempuan semua ) sebuah wejangan yang sudah mendarah daging dalam diri kami, saat beliau menasehati agar kami menjadi wanita yang mandiri, kuat dan tidak tergantung dari para pria. Dan sejak beliapun kami tertempa hidup menjadi pribadi mandiri yang bahkan disaat kami yang seharusnya sekolah namun harus memiliki pekerjaan sambilan untuk menambah uang saku dan untuk kebutuhan sekolah. Itu terjadi karena ayah tidak pernah menafkahi kami bahkan sejak kami kecil, semua beban dan tanggung jawab dipikul oleh ibu. Berkaca dari kehidupan ibu yang begitu tegar, kuat, mandiri dan sekaligus lembut itu menjadi semacam cambuk bagi aku secara pribadi agar bisa memiliki karakter seperti dia. Itu adalah pembentukan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupanku untuk menguatkan dan mendewasakanku, sejak lulus SMA aku juga langsung kuliah dan juga bekerja disebuah dealer mobil sebagai staff administrasi. Karena kerasnya kehidupan yang memaksaku bekerja dan belajar lebih giat, saat aku harus kuliah dengan biaya sendiri ( walau sebagian masih dibantu ibu ), pagi kerja sampai sore lanjut kuliah sampai malam tidak memadamkan semangatku untuk terus belajar dengan sungguh-sungguh, karena aku tahu mengecap bangku pendidikan di perguruan tinggi adalah impian ibu dan aku ingin membanggakan beliau.
Bekerja sambil kuliah adalah sebuah tantangan tak mudah, tapi aku menikmati semua proses itu karena aku tahu ini membuatku menghargai kesempatan boleh belajar. Dan puji syukur, bisa lulus dengan nilai yang sangat memuaskan bagiku 3,69 membuatkan sangat bangga karena sekalipun jerih lelah ini sedikit memaksaku seolah-olah kehilangan masa remajaku, karena aku ingat bahkan aku sangat jarang bisa sekedar jalan-jalan aka hang out dan bersenang-senang dengan teman-teman. Tapi itu tidak membuatku kecewa, semua pasti ada maksud baik bagiku.
Dan sekarang aku baru menyadari tempaan menjadi wanita kuat dan mandiri menjadi kelebihan yang bisa disyukuri, karena itu membuatku sedikit lebih siap menghadapi situasi apapun yang bakal dilalui. Aku teringat dengan banyak saudara dan sahabat yang kukasihi juga kehilangan suami bahkan diusia yang masih muda, sehingga mereka harus kuat dan bertahan bagi anak-anak mereka pasca ditinggalkan orang yang mereka kasihi. Jika mereka tidak digembleng sebelumnya dengan daya tahan extra untuk bisa menghadapi kesulitan, situasi ini akan menjadi beban dan depresi tersendiri karena sebelumnya begitu sangat tergantung dengan suaminya. Itulah mengapa setiap wanita harus membekali dan melatih dirinya dengan berbagai keterampilan dan keahlian, selain untuk bisa mendukung ekonomi keluarga namun juga mempersiapkan diri dengan berbagai keadaan.
Yupp.. tetap semangat!
Menjadi wanita kuat tidak sekedar kuat secara fisik, namun kuat secara mental dan spiritual. Sehingga tempaan apapun yang menerpa tidak akan menggoyahkan para wanita untuk terus berdiri tegak namun tetap anggun! Miliki relasi dengan Tuhan sebagai kekuatan spiritual kita itu yang akan semakin mempercantik batin kita. Sehingga keindahan wanita tidak hanya dari fisik namun juga anggun dalam karakter,mental dan spiritual.
Selamat menjadi wanita kuat! :)
Sungguh wanita hebat!
Wanita dilahirkan dengan kondisi fisik yang tentu saja lebih rapuh daripada kaum lelaki.Yang seharusnya lahir dengan kelembutan namun disuatu saat ketika keadaan tidak sesuai dengan yang diharapkan dan kondisi " kepepet "situasi ini bisa berubah dengan drastis. Seorang wanita bisa ditempa menjadi begitu mandiri dan penuh kekuatan. Bahkan jika itu untuk berjuang bagi orang yang disayangi, semangat dan daya juang kaum wanita menjadi begitu sangat menakjubkan.
Tetapi apakah memang seharusnya seperti itu? Tidak bukan...
ada porsi yang seharusnya tidak mereka pikul, harus mereka lakukan. Peran ganda yang harus mereka perjuangkan agar hidup ini terus bisa berjalan. Wanita dengan begitu banyak tugas "multitasking " dituntut bisa berperan dalam berbagai bidang.
Wanita yang harus mengurus rumah tangga dengan segudang agenda harian mereka ( memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, mengurus anak, melayani suami , mendampingi belajar anak ,belum lagi harus mencari nafkah bagi keluarga serta segudang tugas lain) yang terkadang tak selalu ada bantuan dari kaum lelaki untuk menyelesaikan. Jika ada keluarga yang memiliki ekonomi yang cukup masih bisa terbantu oleh pembantu rumah tangga. Tetapi untuk keluarga lain yang masih harus berfikir mempekerjakan pembantu adalah tambahan beban yang berat, tentu saja semua tanggung jawab ini harus dipikul oleh para wanita.
Jika semua pria saat mendekati wanita dan memutuskan mau mengambil peranan baru menjadi seorang suami seharusnya tahu tugas yang harus mereka pikul dan tanggung jawab yang harus mereka lakukan sebagai kepala rumah tangga dan suami. Tentu saja para wanita aka istri tidak lagi hidup begitu berat karena tugas ganda.
Aku teringat tatkala ibu masih hidup, dia selalu mengingatkanku dan kakak( kami 3 bersaudara perempuan semua ) sebuah wejangan yang sudah mendarah daging dalam diri kami, saat beliau menasehati agar kami menjadi wanita yang mandiri, kuat dan tidak tergantung dari para pria. Dan sejak beliapun kami tertempa hidup menjadi pribadi mandiri yang bahkan disaat kami yang seharusnya sekolah namun harus memiliki pekerjaan sambilan untuk menambah uang saku dan untuk kebutuhan sekolah. Itu terjadi karena ayah tidak pernah menafkahi kami bahkan sejak kami kecil, semua beban dan tanggung jawab dipikul oleh ibu. Berkaca dari kehidupan ibu yang begitu tegar, kuat, mandiri dan sekaligus lembut itu menjadi semacam cambuk bagi aku secara pribadi agar bisa memiliki karakter seperti dia. Itu adalah pembentukan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupanku untuk menguatkan dan mendewasakanku, sejak lulus SMA aku juga langsung kuliah dan juga bekerja disebuah dealer mobil sebagai staff administrasi. Karena kerasnya kehidupan yang memaksaku bekerja dan belajar lebih giat, saat aku harus kuliah dengan biaya sendiri ( walau sebagian masih dibantu ibu ), pagi kerja sampai sore lanjut kuliah sampai malam tidak memadamkan semangatku untuk terus belajar dengan sungguh-sungguh, karena aku tahu mengecap bangku pendidikan di perguruan tinggi adalah impian ibu dan aku ingin membanggakan beliau.
Bekerja sambil kuliah adalah sebuah tantangan tak mudah, tapi aku menikmati semua proses itu karena aku tahu ini membuatku menghargai kesempatan boleh belajar. Dan puji syukur, bisa lulus dengan nilai yang sangat memuaskan bagiku 3,69 membuatkan sangat bangga karena sekalipun jerih lelah ini sedikit memaksaku seolah-olah kehilangan masa remajaku, karena aku ingat bahkan aku sangat jarang bisa sekedar jalan-jalan aka hang out dan bersenang-senang dengan teman-teman. Tapi itu tidak membuatku kecewa, semua pasti ada maksud baik bagiku.
Dan sekarang aku baru menyadari tempaan menjadi wanita kuat dan mandiri menjadi kelebihan yang bisa disyukuri, karena itu membuatku sedikit lebih siap menghadapi situasi apapun yang bakal dilalui. Aku teringat dengan banyak saudara dan sahabat yang kukasihi juga kehilangan suami bahkan diusia yang masih muda, sehingga mereka harus kuat dan bertahan bagi anak-anak mereka pasca ditinggalkan orang yang mereka kasihi. Jika mereka tidak digembleng sebelumnya dengan daya tahan extra untuk bisa menghadapi kesulitan, situasi ini akan menjadi beban dan depresi tersendiri karena sebelumnya begitu sangat tergantung dengan suaminya. Itulah mengapa setiap wanita harus membekali dan melatih dirinya dengan berbagai keterampilan dan keahlian, selain untuk bisa mendukung ekonomi keluarga namun juga mempersiapkan diri dengan berbagai keadaan.
Yupp.. tetap semangat!
Menjadi wanita kuat tidak sekedar kuat secara fisik, namun kuat secara mental dan spiritual. Sehingga tempaan apapun yang menerpa tidak akan menggoyahkan para wanita untuk terus berdiri tegak namun tetap anggun! Miliki relasi dengan Tuhan sebagai kekuatan spiritual kita itu yang akan semakin mempercantik batin kita. Sehingga keindahan wanita tidak hanya dari fisik namun juga anggun dalam karakter,mental dan spiritual.
Selamat menjadi wanita kuat! :)
Hallo perkenalkan kami dari PT Hebros,
BalasHapusSalam hangat, kami perusahaan yang bergerak di bidang IT Security System, serta Jasa pemasangan dan Maintenance CCTV yang berkantor di Jakarta.
Silahkan hubungi kami: https://www.hebros.co.id/ atau email support@hebros.co.id